DOSEN ilmu Falak Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang Slamet Hambali berhasil menemukan metode baru dalam penentuan arah kiblat tanpa menggunakan bantuan teknologi modern.
Metode tersebut hanya menggunakan bantuan segitiga siku-siku dari bayangan matahari. Metode penentuan arah kiblat itu dinamai dengan Metode Slamet Hambali, sesuai dengan nama penemunya, karena metode tersebut dinilai orisinil dan belum ada yang menerapkan. Walaupun tidak menggunakan alat seperti theodolit atau global positioning system (GPS) seperti dalam pengukuran biasanya, tapi metode baru ini juga mempunyai akurasi yang tepat.
“Kelemahan metode ini hanya tidak bisa digunakan pada malam hari, karena tidak ada bayangan matahari,” kata Slamet Hambali di sela Seminar bertema Uji Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat dengan Segitiga Siku-Siku Dari Bayangan Mataharidi kampus IAIN Walisongo Semarang kemarin.
Pakar ilmu falak ini mengemukakan, keakuratan metodenya itu sama halnya metode lainnya seperti theodolit ataupun GPS. Bahkan kalau dipersentase bisa 99,9 persen akurat. Sekali lagi kelemahan metode ini tidak bisa bekerja ketika malam ataupun saat mendung. "Namun metode ini lebih murah ketimbang menggunakan GPS atau software lainnya," jelasnya.
Dengan metode theodolit, untuk menentukan arah kiblat hanya bisa dilakukan pada jam-jam tertentu. Namun dengan metode Slamet Hambali, menentukan arah kiblat bisa dilakukan setiap saat. “Baik itu pagi, siang, dan sore asalkan masih ada matahari. Karena perhitungannya juga bergantung dari bayangan matahari,” tegasnya.
Wakil Ketua Lajnah PWNU Jateng itu menambahkan, metode ini tidak hanya bisa digunakan oleh orang Indonesia, tapi juga dari berbagai belahan dunia. Syaratnya, pengguna metode itu harus menguasai rumus-rumus matematika secara tepat. Metode ini ditemukan sejak Slamet melakukan penelitian pada 2010 lalu. Metode itu mulai diteliti ketika Hambali mengerjakan tesis S2. Metode ini pun sudah dipraktikkan untuk mengukur beberapa masjid besar di Jawa Tengah.
Menurut Hambali, berdasarkan pengecekan yang dia lakukan di masjid-masjid di Jawa Tengah, ternyata mayoritas arah kiblatnya melenceng dari yang sebenarnya. Keadaannya bervariasi, ada yang kurang ke arah utara, dan ada yang kurang dari arah selatan. ”Akan tetapi mayoritas kurang ke arah utara,” lanjutnya.
Dia mencontohkan, Masjid Agung Jepara arah kiblatnya kurang ke utara 004’, Masjid Agung Kota Magelang kurang ke utara 0055’, dan Masjid Agung Kendal kurang ke utara 100’.
Dari metode yang dia temukan ini, Hambali mengaku mendapatkan nilai 100 oleh para penguji tesisinya. “Oleh penguji saya waktu itu, metode saya dinyatakan sebagai penemuan yang orisinil tanpa menjiplak dari mana pun. Malah sebagai alternatif dari metode lain yakni theodolit dan GPS,” akunya.
Ketua Program Ilmu Falak Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, Arja’ Imroni mengemukakan, penemuan yang dilakukan oleh Slamet Hambali itu langsung dinobatkan hak paten sebagai penemuan program ilmu falak.
Dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo, Imam Yahya mengemukakan, metode yang ditemukan oleh Slamet Hambali itu rencananya akan segera dibukukan agar bisa dipelajari oleh masyarakat luas. “Kami sangat menghargai setiap penemuan semua dosen terutama yang menunjang keilmuan di Fakultas Syariah,” tuturnya.
Menurut Imam, sebenarnya banyak cara untuk menentukan arah kiblat, seperti penggunaan kompas, rubu’ mujayyab, dan sebagainya, namun belum tentu tepat akurasinya. Sedang cara lainnya yakni theodolit dan GPS bisa menghasilkan arah kiblat yang akurat. Hanya keberadaan alat yang cukup mahal dan tidak banyak orang yang dapat mengoperasikannya. (amin fauzi/sindo)(//rfa)
Jumat, 17 Juni 2011
Pengetahuan Siswa Miskin RI Lebih Baik dari Siswa Inggris

Menurut penelitian yang dilakukan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan atau Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), hal ini tidak akan terjadi jika para siswa rajin sekolah. Menurut penelitian terbaru yang dihelat OECD, siswa miskin di Indonesia memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan anak dengan kondisi sama di Inggris.
Penelitian ini dilakukan pada 2009 atas 65 negara OECD. Penelitian menguji kemampuan matematika, membaca, dan tes ilmu pengetahuan siswa usia 15 tahun. Dalam penelitian ini, Indonesia menempati peringkat 36, di atas Inggris (39) dan Jerman (42). Negara Asia Tenggara yang ada masuk daftar adalah Singapura di peringkat 5 dan Thailand (29). Namun penelitian tidak menjelaskan mana yang masuk kategori miskin. Demikian seperti dilansir dari BBC dan OECD, Sabtu (18/6/2011).
Data OECD menunjukkan, 31 persen anak miskin yang “ulet” di 65 negara berhasil meraih nilai rata-rata internasional dalam tes tersebut. Dalam penelitiannya, OECD berusaha mempelajari apakah siswa dengan kondisi ekonomi lemah mampu berhasil secara akademis.
Daftar lima besar siswa miskin yang nilainya baik dihuni perwakilan Asia yaitu Shanghai, Hong Kong, Korea Selatan, Macau-China, dan Singapura. Menurut data, lebih dari 70 persen siswa miskin di China dan Hong Kong melebihi standar OECD (31 persen). Sementara Amerika Serikat, Perancis dan Australia berada di peringkat 27, 22 dan 21. Tiga negara maju ini nilainya pas rata-rata OECD (31 persen).
Para peneliti mengidentifikasi sejumlah faktor yang meningkatkan ketahanan para siswa di tengah kemiskinan mereka. Disebutkan bahwa rasa percaya diri merupakan faktor kunci yang membuat para siswa yakin bisa berhasil.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa mentoring sangat bermanfaat dalam pendidikan. Ditemukan juga bahwa kemampuan siswa miskin meningkat jika mendapat jam belajar tambahan di kelas. Selain itu, motivasi merupakan hal yang penting. Karena itu, sekolah lebih baik memotivasi para siswa ketimbang memberikan janji berupa hadiah atau insentif.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa sekolah memiliki peran penting dalam meningkatkan ketahanan siswa miskin. Negara-negara ini bisa menyediakan lebih banyak kesempatan bagi siswa kurang beruntung belajar di kelas dengan mengembangkan kegiatan, praktik serta metode pengajaran yang mendorong motivasi belajar dan memupuk dan kepercayaan diri para siswa,” tulis laporan ini.(rfa)
Langganan:
Postingan (Atom)